OAKSOFA - Informasi Seputar Polusi Di Berbagai Negara

Loading

Tindakan Darurat Diperlukan untuk Mengatasi Polusi Udara di Indonesia

Tindakan Darurat Diperlukan untuk Mengatasi Polusi Udara di Indonesia


Polusi udara telah menjadi masalah serius di Indonesia. Tindakan darurat diperlukan untuk mengatasi masalah ini sebelum menjadi lebih parah. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), kualitas udara di sebagian besar kota besar di Indonesia sudah melebihi batas aman yang ditetapkan oleh standar WHO.

Menurut Prof. Dr. Arief Rachman dari Universitas Indonesia, “Polusi udara merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Tindakan darurat harus segera dilakukan untuk mencegah dampak buruknya, seperti penyakit pernapasan, kanker, dan gangguan kesehatan lainnya.”

Salah satu langkah yang bisa diambil adalah dengan mengurangi emisi kendaraan bermotor. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sekitar 70% polusi udara di Indonesia disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor. Maka dari itu, perlu adanya kebijakan yang lebih ketat terkait kontrol emisi kendaraan.

Menurut Dr. Andi Nurbaeti dari Institut Teknologi Bandung (ITB), “Peningkatan jumlah kendaraan bermotor tanpa diimbangi dengan infrastruktur transportasi yang memadai akan semakin memperburuk polusi udara di Indonesia. Tindakan darurat harus segera diambil untuk mengatasi masalah ini.”

Selain itu, perlu juga adanya peningkatan penghijauan di perkotaan dan penggunaan energi terbarukan. Menurut Dr. Emil Salim, mantan Menteri Lingkungan Hidup, “Penghijauan kota dapat membantu menyaring polusi udara dan memberikan udara bersih bagi warga kota. Selain itu, penggunaan energi terbarukan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.”

Dengan adanya tindakan darurat yang tepat dan berkelanjutan, diharapkan polusi udara di Indonesia dapat dikendalikan dan kualitas udara dapat ditingkatkan untuk kesehatan masyarakat. “Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga lingkungan agar tetap sehat dan lestari,” tambah Prof. Dr. Arief Rachman.